NUTRISI KULIT BUAH KAKAO BIOKONVERSI SEBAGAI PAKAN KAMBING KACANG
Starting: Rp45.000
Penulis : Syahrir
ISBN : 978-634-7310-12-5
Description
Reviews (0)
Description
SKU | N/A |
---|---|
Category | perternakan |
Pengembangan peternakan, khususnya ternak ruminansia memerlukan persediaan pakan secara bekesinambungan dan pemanfaatannya yang efisien, karena tingkat keberhasilan usaha peternakan 80 persen ditentukan oleh faktor pakan. Pakan ternak ruminansia yang utama untuk memenuhi kebutuhannya adalah hijauan, yang dalam kondisi tertentu, di beberapa daerah terutama pada musim kemarau ketersediannya terbatas. Kondisi iklim yang tidak mendukung ditambah lagi dengan semakin sempitnya lahan pertanian merupakan problema yang perlu diatasi, untuk menjaga stabilitas keberadaan hijauan dalam beberapa dekade terakhir ini perhatian peneliti fokus pada upaya bagaimana merekayasa pemanfaatan limbah hasil perkebunan sebagai bahan pakan ternak. Limbah perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak salah satunya adalah limbah kakao yaitu kulit buah kakao.
Tanaman kakao (Theobroma cacao, L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang luas areal penanamannya terus mengalami peningkatan. Luas areal tanaman kakao di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 1,68 juta ha, dengan total produksi 650-700 ribu ton (Deptan, 2012). Peningkatan luas areal tanam dan produksi kakao, diikuti juga dengan peningkatan jumlah hasil ikutan pengolahan buah kakao. Selama ini dari buah kakao, hanya keping biji yang dimanfaatkan sebagai komoditi ekspor, sedangkan bagian lain belum dimanfaatkan secara optimal. Hasil ikutan perkebunan dan pengolahan kakao terdiri dari kulit buah kakao, kulit biji kakao, dan plasenta. Kulit buah kakao yang merupakan kulit bagian terluar yang menyelubungi biji kakao dengan tekstur kasar, tebal dan agak keras, merupakan hasil ikutan yang proporsinya paling besar dihasilkan.
Di Indonesia, Sulawesi Tengah merupakan salah satu penghasil kakao biji terbesar pertama secara nasional sebesar 16,63% diikuti Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara yang masing 14,28%, 13,45% dan 13,20%, luas areal perkebunan kakao di Sulawesi Tengah 195.725 ha, produksi total setiap tahun sebesar 168.857 ton (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2012). Ashun (1975) dalam (Marsetyo, 2008) mengasumsikan bahwa bila satu hektar lahan ditanami sebanyak 800 pohon, dimana satu pohon akan menghasilkan 30 buah per tahun, dengan rata-rata berat per buah kakao adalah 400g, proporsi kulit buah kakao sebesar 75%, dengan kandungan air 40%, maka produksi kulit buah kakao dalam satu hektar adalah 4.320 kg kulit buah kakao kering. Berdasarkan data produksi dan luas area, maka kulit buah kakao kering untuk Sulawesi Tengan yang dihasilkan dapat mencapai 845.532 ton per tahun (Statistik Perkebunan Sulawesi Tengah, 2012). Bila luas lahan kakao di Indonesia adalah 1,68 juta hektar maka produksi kulit buah kakao kering secara nasional adalah 7.257.600 ton per tahun. Berdasarkan dari pernyataan (Olubamiwa Otun, and Longe, 2002, Tequia, Endeley, and Beynen, 2004) menunjukkan bahwa kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak.
ISBN : 978-634-7310-12-5
Reviews (0)
Leave a Reply

Reviews
There are no reviews yet.